Air Mata Wanita Tua di Gubuk Reyok Tanpa Bantuan Pemerintah, di Usia 60 Tahun Jadi Buruh Tani Demi Sesuap Nasi

Wanita tua berusia 60 tahun, Numawati saat didalam gubuk reyotnya memperlihatkan lampu teplok yang digunakan untuk penerangan di malam hari, Rabu (5/2/25) beralamat di Dusun I Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Sergai. (axialnews)
Iklan Pemilu

AXIALNEWS.id | Wanita tua berusia 60 tahun di Sergai mungkin telah lupa cara tersenyum bahagia, sebab rasa lelah dan penderitaan yang selalu setia menemani hidupnya selama ini.

Hidup di gubuk reyot berukuran sangat kecil berpuluh tahun telah dijalaninya tanpa listrik dan bantuan pemerintah.

Rasa sakitnya mungkin telah hambar, ia hanya fokus bagaimana menjalani hidup hari demi hari agar tidak kelaparan. Jadi buruh tani pun dijalani untuk mendapatkan upah yang tak seberapa.

Berpanas lelah ditengah sawah menanam padi untuk sesuap nasi terus ia lakukan hingga saat ini meski usianya telah senja.

Istirahat dan bersantai bermain dengan cucu mungkin menjadi impian yang tak mungkin ia gapai, dikarenakan kondisi ekonomi memaksa harus tetap bekerja keras.

Ini kisahnya Nurmawati janda tua berusia 60 tahun yang tinggal di Dusun I Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Sumatera Utara.

Baca Juga  Rahudman Diberi Gelar Datuk Laksamana Wira Diraja oleh Kerajaan Bedagai

Gubuk reyok yang ia tempati hampir ambruk, terbuat dari dinding tepas bertiang pelepah pohon sawit kering, tak layak huni. Berdiri diatas lahan tanah wakaf tak jauh dari perkuburan muslim setempat.

Kondisi gubuk Numawati terlihat dari samping, berdinding tepas bambu dan bertiang pelepah sawit kering. (axialnews)

Cahaya dari api lampu teplok selalu setia menemani malam harinya. Alat penerangan ini terbuat dari kaleng, botol kaca, dan kain sebagai sumbunya.

Sejak 40 tahun lalu dirinya tidak merasakan aliran listrik PLN, bahkan sejak suaminya masih hidup hingga meninggal dunia, lantaran ketidak mampuan ekonomi membayar listrik.

Termasuk pengunaan gas LPG juga tak pernah dirasakan, kayu bakar yang selalu mematangkan masakannya. Sedihnya jika cuaca hujan tidak bisa memasak akibat kondisi atap gubuk yang bocor.

Untuk Kamar mandi berada di luar rumah dan kondisinya memprihatinkan, tanpa ada dinding sebagai pelindung dan tanpa WC.

Baca Juga  Anggota DPRD Sergai Dituding Terlantarkan Mantan Istri Kedua, Jika Berlarut Tempu Jalur Hukum

Mirisnya, saat ingin membuag air besar di malam hari terpaksa menggali tanah yang lokasinya tidak jauh dari rumah gubuk.

Menurut pengakuan Nurmawati, Rabu (5/2/2025), rumah berbentuk Gubuk yang sudah miring berukuran 2×3 meter itu didirikan secara gotongroyong bersama seorang anak lelakinya di atas tanah wakaf.

Ia mempunyai lima (5) orang anak, 4 orang sudah menikah tinggal terpisah, satu orang pria belum nikah yang menemani hidupnya saat ini.

Anak lelakinya itu juga bertempat tinggal di sebuah gubuk reyot berjarak sekitar lima meter dari gubuk Nurmawati.

Baca Juga  27 Oktober 2023, IPL Gelar Pesta Rakyat di Tanjungpura

Kondisi gubuk anak lelaki Nurmawati, berjarak 5 meter dari gubuknya. (axialnews)

Keseharian anaknya bekerja sebagai nelayan, terkadang membawa uang pulang dari laut, tak jarang pulang dengan tangan kosong tanpa mendapatkan rezeki.

Kondisi itu, membuat Nurmawati dan anaknya terkadang sulit hanya untuk sekedar makan, apalagi memenuhi kebutuhan hidup lainnya.

Mirisnya selama hidup, Nurmawati mengaku hanya dua kali mendapatkan bantuan pemerintah berupa beras dan sejumlah uang ditahun 2024 saja.

Sambil meneteskan air mata, ia memohon bantuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya kepada Presiden Prabowo, Menteri Sosial, Pemerintah Provinsi Sumut, Pemkab Sergai dan para dermawan.

Jika berkenan kiranya memberikan bantuan rumah layak huni dan menyumbangkan sebahagian rezeki kepadanya untuk menyambung hidup yang mungkin tak lama lagi.(*)
Editor: Riyan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Lainnya

Contact Us