AXIALNEWS.id | Kisah Jensen Huang yang dulu adalah seorang pencuci piring kini kaya raya berkat kerja kerasnya hingga mampu mendirikan perusahaan.
Perusahaan itu bernama Nvidia, raksasa chip yang sedang naik daun. Chip AI Nvidia banyak digunakan, membuat perusahaan itu menjadi salah satu yang paling bernilai di dunia.
Jensen sendiri bukan berasal dari keluarga berada. Ia lahir di Taiwan pada tahun 1963. Pada saat berusia 5 tahun, ia pindah ke Thailand.
Ketika umurnya menginjak 9 tahun, Jensen dan saudaranya dipindahkan ke Tacoma, Amerika Serikat, untuk tinggal bersama pamannya, sebelum orang tuanya menyusul.
Ayahnya menyukai Amerika. “Ayahku berkeinginan untuk membesarkan kami di negara yang luar biasa ini,” kata Jensen, dikutip dari NY Post, Kamis (6/6/24).
Jensen dimasukkan ke sekolah yang dikira bergengsi, Oneida Baptist Institute. Ternyata sekolah itu penuh anak bandel. Jensen pernah diancam pisau di sana dan sering membersihkan toilet.
“Aku telah membersihkan lebih banyak toilet dari kalian semua,” katanya saat pidato di depan lulusan Stanford.
Pekerjaan pertamanya adalah tukang cuci piring di restoran Denny’s pada saat dia berusia 15 tahun.
“Ini adalah pilihan karir yang bagus. Aku sangat merekomendasikan setiap orang memulai pekerjaan pertama di bisnis restoran, itu mengajarkan kerendahan hati dan kerja keras. Aku mungkin adalah pencuci piring terbaik Denny’s,” katanya.
Huang memilih kuliah di Oregon State University karena biaya kuliahnya yang rendah. Ia menemukan pasangan hidup di sana, yaitu satu-satunya mahasiswi teknik elektro, Lori Mills. Mereka sekarang telah menikah selama lebih dari 30 tahun.
Dia mulai bekerja di perusahaan chip segera setelah lulus dan menghabiskan delapan tahun paruh waktu untuk mengambil gelar master di Stanford.
Kemudian pada hari Thanksgiving 1993, dia dan dua rekannya, Chris Malachowsky dan Curtis Priem bertemu di restoran Denny’s di South Bay. Mereka membuat sketsa rencana mereka untuk mendirikan perusahaan sendiri di atas serbet.
Mereka pun memutuskan mendirikan Nvidia dengan modal USD 40 ribu. Nvidia go public pada tahun 1999. Mereka pertama kali membuat chip untuk grafis komputer dan meraih kesuksesan besar.
Tahun 2014, Jensen sudah mengemukakan ambisinya membuat chip untuk AI atau kecerdasan buatan. Ketika era AI meledak saat ini, Nvidia benar-benar mengeruk untuk besar karena chip AI buatannya laku di mana-mana.
Jensen yang memiliki 3,5% saham Nvidia, saat ini menurut Forbes kekayaannya tembus USD 107,2 miliar atau lebih dari Rp 1.746 triliun. Itu adalah peningkatan sangat pesat mengingat 5 tahun silam, kekayaannya tercatat ‘hanya’ USD 3 miliar.
Berbicara mengenai sukses, menurut Jensen orang harus merasakan penderitaan. “Kupikir salah satu keuntungan terbesarku adalah ekspektasi rendah. Kebanyakan lulusan Stanford punya ekspektasi sangat tinggi,” katanya dalam pidato di Stanford.
Memang, lulus dari kampus bergengsi secara alami membuat mereka berharap lebih, tapi bisa jadi hal itu tidak baik.
“Orang dengan ekspektasi sangat tinggi ketangguhannya sangat rendah, padahal ketangguhan penting untuk sukses. Aku tidak tahu bagaimana mengajari kalian kecuali kuharap penderitaan terjadi pada kalian,” cetusnya.(*)
Sumber: detikinet