Sejenak berfikir, bagaimana bisa masyarakat kampung Madras tidak terprovokasi terhadap kejadian kerusuhan yang ada di India tersebut? Mengingat, masyarakat kampung Madras adalah keturunan India, dan didalamnya mendominasi agama Hindu-Islam.
Yaa… pastinya, kampung Madras sangat menjaga sikap toleransi dan sikap saling menghargai, tak hanya itu saling bersilahturahmi antar umat beragama pun menjadi tiang keberagaman yang ada di kampung Madras. Kuatnya toleransi dalam sosial dan agama juga mengiringi kampung ini, Menghormati dan menghargai antar pemeluk agama dan ikut meramaikan ketika salah satu agama menyelenggarakan upacara atau kegiatan keagamaan merupakan resep toleransi ala kampung Madras.
Ketika rumah ibadah Hindu (India) akan menyelenggarakan perayaan seperti deepavali atau hari raya holi, maka umat agama selain Hindu akan membantu persiapan dan ikut menyemarakkan perayaan sebagai upaya saling menghargai dan menjaga darah toleransi. Masyarakat Kampung Madras sangat mencintai keberagaman.
Meski berbeda keyakinan seluruh masyarakat keturunan India di Kampung Madras tetap menjaga perbedaan itu dengan baik. Mengingat tragedi kerusuhan antara umat Hindu-Islam di negeri India, tak menjadi penghalang bagi kampung Madras yang notabene masyarakatnya mayoritas Hindu-Islam untuk tetap menjunjung kedamaian toleransi. Toleransi agama Muslim dan Hindu juga terlihat harmonis di sini. Berada di kawasan yang sama, terdapat Kuil Shri Mariamman dan Masjid Ghaudiyah yang posisinya tidak terlalu jauh. Indahnya perdamaian, semuanya hidup rukun tanpa memandang perbedaan antara mayoritas atau minoritas.
Itulah sebabnya kampung Madras maupun kota Medan jarang sekali digoyang isu perpecahan atau bentrokan bernuansa SARA. Semua merasa saling memiliki dan tidak merasa tinggi atas golongan lain.
“Yang bukan saudaramu dalam iman, adalah saudaramu dalam kemanusiaan,” (Ali bin Abi Thalib).
Author : Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara, Dina Ika Sintia (Finalis Essai AkadeMI 2020)
Sumber :