AXIALNEWS.id | Setiap anak pasti memiliki kemampuan yang berbeda-beda, sebagai orang tua wajib tahu apa kemampuan dari anak tersebut dan hal apa yang bisa membuatnya mengalami gangguan dalam belajar memahami hal-hal yang ada disekitarnya.
Sebagai orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik. Akan tetapi, dalam proses pertumbuhan sering sekali anak-anak mengalami berbagai gangguan yang menjadi penghambat dalam proses pertumbuhannya. Gangguan yang sering terjadi biasanya gangguan belajar atau dalam istilahnya disebut sebagai gangguan Disleksia, Disgrafia dan Diskalkulia. Ketiga gangguan ini yang dapat membuat anak sulit untuk menguasai keterampilan tertentu.
Kemampuan ini diduga karena ketidakmampuan otak untuk menerima dan memperoses informasi atau bisa juga disebabkan oleh genetik. Gangguan ini biasanya sering dirasakan oleh anak-anak seperti mengalami gangguan kesulitan membaca, menulis, mengeja, berbicara bahkan berhitung.
Gangguan Disleksia ini merupakan gangguan dalam membaca, seorang anak yang mengalami gangguan ini akan mengalami kesulitan dalam membaca yang dapat mengakibatkan anak sulit untuk menulis. Dampak lain dari gangguan ini bisa mempengaruhi kemampuan mengeja, menulis dan berbicara. Pada dasarnya, gangguan disleksia ini tidak ada hubungannya dengan kecerdasan, sebab gangguan ini merupakan gangguan neurobiologis yaitu hubungan perilaku dengan psikologi manusia.
Dilansir dalam artikel superkidsindonesia, disleksia bisa diartikan sebagai kesulitan membaca secara teknis. Dalam arti luas, disleksia juga berarti segala bentuk kesulitan yang berhubungan dengan kata-kata. Seorang anak yang mengalami gangguan ini akan kesulitan membaca, mengeja, menulis, maupun memahami kata-kata. Sayangnya, gejala disleksia sulit dideteksi sejak dini. Kebanyakan orang tua baru menyadari anak mengalami gangguan ini setelah masuk sekolah, saat tugas membaca semakin banyak.
Gangguan yang kedua yaitu gangguan disgrafia, menurut International Journal of Education and Research, Disgrafia adalah ketidakmampuan belajar yang memengaruhi kemampuan untuk menulis atau mengenali bentuk tulisan. Gangguan ini juga tidak memengaruhi kecerdasan. Beberapa orang yang memiliki gangguan ini justru lebih pintar dari pada orang yang tidak memiliki gangguan.
Baik orang tua maupun guru sering salah mempersepsikan disgrafia sebagai kebodohan. Padahal, disgrafia bukan disebabkan kemalasan, tingkat intelegensi yang rendah, asal-asalan menulis, atau tidak mau belajar. Gangguan ini juga bukan karena kurangnya perhatian orang tua pada anak. Melainkan merupakan gangguan neurologis yang menghambat kemampuan mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak otot secara otomatis saat menuulis.
Ciri-ciri dari gangguan disgrafia antara lain:
Gangguan yang terakhir yaitu gangguan diskalkulia, menurut International Journal of Education and Research dengan judul yang berbeda, diskalkulia adalah gangguan pada kemampuan memecahkan permasalahan matematika yang biasanya terjadi akibat disfungsi otak. Konsep matematika yang sulit dipahami terkadang merupakan konsep bilangan dasar. Anak dengan gangguan diskakulia harus ditangani dengan baik dan khusus. Orang tua harus menaruh perhatian dengan membuat catatan pertumbuhan anak dan dibagikan kepada dokter dan guru. Diskakulia cenderung bisa dideteksi saat anak mulai beranjak dewasa.
Orang tua dapat membantu mengurangi gangguan diskalkulia ini melalui beberapa cara seperti:
Apabila gangguan diatas tidak segera ditindaklanjuti dengan baik, maka semangat anak untuk sekolah dan belajar bisa hilang. Anak akan merasa lelah, cemas, dan akan mengganggu jalannya pelajaran jika terus dibiarkan, anak akan mengalami school distress. Dimana kondisi ini akan membuat seorang anak menunjukkan penolakan terhadap semua kegiatan sekolah, hingga menghambat penggunaan dan pengembangan kemampuan seorang anak. (*)
Editor : Nur Adilasari