
AXIALNEWS.id – Jawa Timur | Warga korban erupsi Gunung Semeru merasakan pedih mendalam, akibat kehilangan tempat tinggal dan harta benda. Mereka pun trauma ada erupsi susulan hingga meraka takut untuk kembali ke kampung halaman.
Warga Lumajang, korban erupsi Semeru, mengungkapkan rasa trauma dan enggan kembali ke rumah akibat erupsi Semeru.
Ngatemi, warga Dusun Supit Urang, Desa Sumbersari, mengatakan takut terjadi erupsi susulan yang lebih besar.
“Semua hewan ternak masih disana, tolong dibantu rumahnya, anak masih kecil, suami juga jauh, tolong dibantu,” kata Ngatemi kepada wartawan Sugiarto yang melaporkan kepada BBC News Indonesia di Lumajang, Minggu (15/12/2021).
Ngatemi dan lima anggota keluarganya menyelamatkan diri menuju lokasi pengungsian.
“Rumah tidak bisa ditempati, semua habis tidak ada tersisa. Tolong pemerintah, tolong cepat, kasihan anak-anak masih kecil, ini sudah yang kedua kali. Kami butuh air bersih, sembako,” katanya.
Senada, korban lainnya dari Desa Oro-oro Ombo, Siti Mudmainan tidak akan kembali ke rumah sementara waktu hingga status Gunung Semeru kembali stabil.
“Trauma, kita waspada ada susulan, sementara bertahan dulu cari aman, lihat situasi,” kata Siti.
Di pengungsian, Siti, anak-anaknya, dan penyintas lain berharap bantuan dari pemerintah.
“Kami butuh makanan, alat tidur, pakaian dan minuman untuk anak anak, tadi malam hanya makan mie instan satu mangkuk, tadi ada makanan ringan, dari Ibu Mensos,” kata Siti.
“Kami tidak bawa apa-apa dari rumah, langsung lari saja, takut kena hujan lumpur, kondisi rumah tidak tahu bagaimana,” ujarnya.
Sementara itu, warga terlihat dalam rekaman video menyelamatkan diri dengan latar kepulan asap tebal dari Gunung Semeru.
Para saksi mata menggambarkan desa-desa penuh dengan abu dan suasana gelap karena asap tebal menutupi langit.
Wakil Bupati Lumajang Indah Amperawati dalam jumpa pers bersama BNPB, Sabtu (04/12/2021) mengatakan, evakuasi belum dilakukan karena terkendala tebalnya lumpur di sekitar lokasi warga yang ditemukan meninggal dunia. Ia mengatakan belum diketahui penyebab meninggalnya warga.
Dalam jumpa pers itu, Indah meminta kepada BNPB, “apabila cuaca memungkinkan, ada helikopter yang bisa memantau rakyat kami yang terjebak karena kami kesulitan betul.”
“Kasihan dan ini keluarganya menangis semua ini karena ada sekitar delapan sampai 10 orang yang terjebak. Barang kali ada heli yang bisa memantau,” kata Indah.
Upaya evakuasi terhambat tebalnya asap, putusnya listrik dan hujan deras selama erupsi sehingga mengakibatkan kondisi jalan berlumpur.
Informasi terkait penerbangan dari AirNav Indonesia menyebutkan sampai Sabtu petang, “tidak ada dampak signifkan aktivitas erupsi Gunung Semeru terhadap operasional pelayanan navigasi penerbangan oleh AirNav Indonesia, baik di Cabang Surabaya, Cabang Denpasar, Cabang Semarang, Cabang Yogyakarta maupun Cabang Solo.”
Berita ini telah tayang dan dikutip dari BBC News Indonesiaa berjudul “Gunung Semeru erupsi: Korban meninggal bertambah jadi 15 jiwa, 27 warga hilang, pencarian terhenti akibat hujan dan angin kencang”.