AXIALNEWS.id – Masjid tertua di Kabupaten Langkat Sumatera Utara terletak di pinggir sungai Sei Wampu lokasinya di Kelurahan Bingai Kecamatan Wampu.
Masjid ini lebih tua dari Masjid Azizi yang berada di Kecamatan Tanjungpura yang selesai di bangun pada 1902.
Sedangkan Masjid Raya Stabat selesai dibangun pada 1904, Masjid Raya Kecamatan Selesai pada 1906, serta Masjid Aziziah di Desa Secanggang dibangun pada 1908.
Masjid paling tua di Langkat adalah Masjid Jaya Ar Rahman. Masjid ini peninggalan sejarah Kerajaan Bingai di Kelurahan Bingai.
Satu-satunya sisa peninggalan Masjid panggung peninggalan sejarah Kerajaan Langkat yang masih berbahan kayu tanpa menggunakan paku pada awal pendiriannya.
Pintu Masjidnya saja masih menghadap ke arah Sei Wampu, sebab jalur transportasi pada zaman itu masih mengandalkan aliran sungai yang menggunakan perahu dan sampan dalam melakukan segala macam aktivitas.
Baik perdagangan, penambangan pasir hingga aktifitas nelayan.
Kerajaan Langkat saat itu berbentuk negara federal yang membangun peradabannya disepanjang Sei Wampu.
Di mulai dari Bahorok, Selesai, Bingai, Johor, Kampung Jongkong, Stabat, Jentera Malay, Kampung Kepala Sungai, Kampung Pulau Haji hingga Kampung Inai Lama, Kampung Terusan dan Kuala Jaring Halus.
Salah satunya ialah Bandar Raya Kerajaan Bingai yang didirikan oleh Tuanku Raja Wan Desan yang merupakan putera kedua Tuanku Raja Wan Djabar yang berkedudukan di Kampung Johor (Baca: Gohor Lama).
Dalam catatan John Anderson yang berjudul Mission to The East Coast of Sumatra In 1823, seorang utusan dagang kerajaan Inggris yang berkedudukan di Pulau Penang (Malaysia) yang pernah berkunjung ke Langkat pada tahun 1823 menyebutkan nama Tuanku Wan Desan selaku Raja Bingai.
Artinya kerajaan Bingai sudah wujud sebagai salah satu bandar diraja atau negara kota Kerajaan Langkat Lama pada tahun 1823.
Fakta ini memperjelas Masjid Jaya Ar Rahman ini sudah ada ketika Bandar Raya Kerajaan Bingai ini berdiri, jauh sebelum John Anderson datang ke Langkat pada 1823 yang di perkirakan sekitar awal tahun 1800 an.
Masjid ini terbuat dari kayu yang kokoh hingga kini. Tiang penyangga yang awalnya kayu, kini telah dilapisi semen di bagian luarnya untuk memperkokoh bangunan masjid tersebut.
Masjid tua ini masih memakai ornamen Melayu dan memiliki atap yang khas bertingkat dua, merupakan seni bina peninggalan sejarah Kerajaan Bingai yang digagas oleh Tuanku Raja Wan Desan selaku pendiri Kerajaan Bingai.(*)
Sumber: langkatpedia
Penulis: Almarhum Abangda Agusma Hidayat