AXIALNEWS.id [dibaca: eksil nius] – Sumatera Utara | Rizal Ramli mengunjungi Rahudman Harahap sekaligus menjadi pembicara dalam kegiatan bertajuk, strategi pemulihan dampak pandemi COVID-19, di Pandopo kediaman Rahudman di Kompleks Tasbi Blok A No.25 Medan, Senin (21/3/2022).
Silaturrahmi dan diskusi antara Rahudman Harahap dengan Rizal Ramli, diikuti para peserta yang berasal dari aktivis mahasiswa, akademisi, tokoh pemuda, Ormas dan ibu-ibu majelis taklim Khadijah.
Rizal Ramli mengatakan, pandemi COVID-19 memang telah mempengaruhi perekonomian Indonesia. Namun dengan kasus COVID-19 yang mulai landai menjadi momentum perbaikan kembali perekonomian yang telah sempat terpuruk.
Menurutnya, sejumlah strategi perlu dilakukan pemerintah agar pemulihan ekonomi bisa dilakukan lebih cepat. Ia pun mencontohkan sejumlah strategi yang pernah dilakukannya saat menjabat Menko Ekuin di era pemerintahan Gus Dur untuk mengatasi krisis ekonomi yang sebelumnya terjadi.
Pemerintah Harus Berani Tingkatkan Pendapatan ASN
“Bagaimana pemerintah harus mengambil tindakan berani untuk meningkatkan ekonomi. Seperti meningkatkan pendapatan ASN. Pada tahun 2000 kita naikan gaji pegawai negeri 125 persen dalam 21 bulan. Hasilnya baik, ekonomi kita tumbuh, karena daya beli masyarakat meningkatkan, UMKM maju karena daya beli masyarakat tinggi,” kata dia.
Pemerintah, sebut Rizal, harus dapat memperbaiki tingkat konsumsi masyarakat terlebih dahulu, karena konsumsi masyarakat merupakan penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar.
“Agar konsumsi masyarakat bisa meningkat, pemerintah harus membuat kebijakan yang berdampak pada meningkatnya pendapatan dan ekonomi masyarakat,” imbuhnya.
Pemerintah, lanjutnya, harus mengurangi ketergantungan impor pangan dengan cara menghidupkan petani. Ia mencontohkan ketergantungan impor kedelai yang berdampak pada tingginya harga kedelai di pasaran, menjadi keluhan pengusaha tahu dan tempe.
Ketergantungan impor kedelai ini, karena petani kedelai di Indonesia kurang mendapat dukungan. Harga kedelai petani hanya dihargai Rp5.000 perkilogram, sehingga petani enggan menanam kedelai. Sementara harga kedelai impor harganya mencapai Rp11.000 perkilogram.