AXIALNEWS.id | Ketika seseorang meninggal dunia, berarti roh akan berpisah dari jasad. Di masa tersebut, bisakah roh saling bertemu dan mengingat satu sama lain?
Persoalan ini pernah dikupas oleh salah satu imam besar Ahlussunnah wal Jamaah, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah.
Ia menjelaskan secara panjang lebar dalam salah satu bukunya yang berjudul Ar-Ruh li Ibnil Qayyim.
Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, roh terdiri dari dua macam, yakni roh yang mendapat siksaan dan roh yang mendapat kenikmatan.
Menurutnya, roh yang mendapat kenikmatan diberi kebebasan dan tidak dibelenggu sehingga mereka bisa saling bertemu dan mengingat apa yang terjadi di dunia.
Sementara itu, roh yang mendapat siksaan tidak akan bisa melakukan hal itu. Sebab, mereka disibukkan oleh siksaan yang menimpanya, sehingga tidak bisa saling berkunjung dan bertemu.
Pendapat Ibnu Qayyim al-Jauziyyah ini bersandar pada firman Allah SWT dalam surah An Nisa ayat 69.
وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَ ۚ وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا
Artinya: “Siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nabi Muhammad), mereka itulah orang-orang yang (akan dikumpulkan) bersama orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”
Ia menafsirkan, kebersamaan dalam ayat tersebut berlaku di dunia, di alam barzah, dan di hari pembalasan.
Menurut riwayat Ibnu Jarir dari Manshur, dari Abudh-Dhuha, dari Masruq, para sahabat Nabi SAW berkata kepada beliau, “Tidak seharusnya kita berpisah dengan engkau di dunia ini. Jika engkau meninggal, maka engkau akan ditinggalkan di atas kami, sehingga kami tidak bisa melihat engkau.” Maka kemudian Allah SWT menurunkan ayat di atas.
Pendapat mengenai roh orang yang meninggal dunia akan saling bertemu dan mengingat juga diperkuat dengan sejumlah hadis.
Salah satunya seperti diriwayatkan Ibnu Abid-Dunya dari Muhammad bin Abdullah bin Buzaigh, dari Fudhail bin Sulaiman An-Numairi, dari Yahya bin Abdurrahman bin Abu Labibah dari kakeknya, yang mengatakan,
“Ketika Bisyr bin Al-Bara’ bin Ma’rur meninggal dunia, aku justru melihat kegembiraan memancar dari muka Ummu Bisyr. Dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, dia senantiasa berharap agar meninggal lebih dahulu dari Bani Salamah. Lalu apakah orang-orang yang sudah meninggal itu bisa saling mengenal, sehingga aku dapat mengirimkan salam kepadanya?’
Beliau menjawab, ‘Benar. Demi diriku yang ada di Tangan-Nya wahai Ummu Bisyr, mereka saling mengenal sebagaimana burung di pucuk pohon yang juga saling mengenal.’
Tidaklah seseorang dari Bani Salamah yang akan meninggal, melainkan Ummu Bisyr menemui orang itu dan berkata kepadanya, ‘Wahai Fulan, semoga kesejahteraan dilimpahkan kepadamu.’
Orang itu menjawab, ‘Semoga kesejahteraan juga dilimpahkan kepadamu.’
Lalu, Ummu Bisyr berkata, ‘Tolong sampaikanlah salam kepada Bisyr.'”
Roh orang yang sudah meninggal dunia juga saling menanyakan keadaan mereka dan juga kabar seseorang yang hidup di dunia.
Hal ini dikatakan Ubaid bin Umar yang turut dinukil Ibnu Qayyim al-Jauziyyah.
“Jika ada orang yang meninggal dunia, maka rohnya disambut roh-roh yang lebih dahulu meninggal, untuk meminta kabar darinya sebagaimana kafilah yang diminta kabar tentang seseorang dan apa yang dilakukannya. Jika roh itu menjawab, ‘Dia telah meninggal dunia’, namun mereka tidak bertemu dengan mereka, maka mereka berkata, ‘Dia dibawa pergi ke induk neraka Jahannam.’
Persoalan tentang aktivitas roh ini turut dibahas Ahmad Syauqi Ibrahim dalam Ar-Rus Wa an-Nafs Wa al-Aql Wa al-Qarin. Ia mengatakan, roh-roh para syuhada saling berjumpa karena tiga alasan.
Wallahu a’lam.(*)
Sumber: derithikmah