Tukang Becak Beli 3 Apertemen & 13 Rumah Dari Jualan Cilok

Harsono, pemilik cilok Edy berada di depan rombong cilok Edy di Kelurahan Tegalgede Kecamatan Sumbersarai Kabupaten Jember. Sumber foto : Kompas.com

AXIALNEWS.id Jember | Kesuksesan bisnis dapat diraih siapapun, meski tidak memiliki modal awal yang besar, juga pendidikan tinggi. Asal mau berusaha dan terus bekerja keras tidak putus asa dan siap melalui proses lika likunya, kesuksesan bisa digapai.

Seperti  perjalanan Harsono yang sebelumnya tukang becak, lalu beralih profesi jadi penjual cilok bermodal awal Rp20.000. Akhirnya berhasil sukses berangkat haji, miliki 3 apertemen, 13 rumah dan sawah.

Begini kisahnya, pada 1997 lalu Harsono bersama istrinya, Siti Fatimah, memulai bisnis berjualan cilok. Warga Kelurahan Tegalgede, Kecamatan Sumbersari, Jember, Jawa Timur, itu mendapat ide berjualan cilok dari sang ayah, yang juga seorang penjual cilok di Bali. S

aat ayahnya pulang dari Bali, Harsono meniru bisnisnya, yakni membuat cilok dari campuran daging dan tepung. Kala itu, cilok di Jember hanya dibuat dari tepung, belum ada yang berbahan daging. “Modal awal dulu paling hanya Rp 20.000,” ujar Harsono, Sabtu (19/6/2021).

Baca Juga  Tak Lulus SD, Perantau Asal Madura Berpenghasilan Triliunan di Arab Saudi
Baca Juga  Akhir 2021, Ijek Targetkan 50 Unit Rumah di Bedah Golkar Sumut

Awal berjualan cilok adalah masa-masa penuh perjuangan. Harsono menjajakan cilok secara berkeliling. Dia berangkat pukul 06.30 WIB. “Berangkat pagi, pulangnya habis isya,” ucapnya.

Dia kerap menyambangi sejumlah sekolah yang ada di Kecamatan Sumbersari hingga Kecamatan Kaliwates. Meski sudah berpeluh keringat, cilok Harsono tak pernah terjual habis. Penghasilannya pun tak sesuai harapan. Hal itu membuat semangatnya kendur.

Baca Juga  Ini Daftar 10 Miliarder Paling Muda di Dunia Tahun 2021

Apalagi ketika wali murid tidak memperbolehkan anaknya membeli cilok karena merupakan jenis makanan baru. Alhasil, Harsono kembali ke profesi lamanya, yakni menjadi pengayuh becak selama dua bulan. Namun, berkat dorongan istrinya, Harsono kembali berjualan cilok.

“Waktu itu, penghasilan becak hanya Rp 5.000. Sedangkan berjualan cilok Rp 10.000,” ungkap istrinya, Siti Fatimah.

Halaman: 1 2
Berita Lainnya

Contact Us