
AXIALNEWS.id | Pasar uang syariah dan pasar uang umum memainkan peran penting dalam sistem keuangan global, namun keduanya memiliki karakteristik dan prinsip yang berbeda.
Dalam konteks efisiensi dan keberlanjutan, analisis terhadap kedua pasar ini menjadi semakin relevan seiring meningkatnya kesadaran akan praktik investasi yang bertanggung jawab.
Pasar uang syariah beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam yang berfokus pada keadilan, transparansi, dan etika. Dalam pasar ini, transaksi yang melibatkan riba (bunga), gharar (ketidakpastian), dan maysir (perjudian) dilarang.
Sebaliknya, pasar uang umum beroperasi di bawah prinsip kapitalisme, di mana bunga adalah imbalan yang diterima atas pinjaman. Perbedaan ini menciptakan dua pendekatan yang berbeda terhadap pengelolaan risiko dan pengambilan keputusan investasi.
Efisiensi pasar dapat diukur dari kemampuan pasar dalam mengalokasikan sumber daya secara optimal. Pasar uang umum sering dianggap lebih efisien karena menawarkan berbagai instrumen keuangan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan investor, seperti deposito berjangka, surat berharga, dan obligasi.
Likuiditas yang tinggi dalam pasar uang umum memungkinkan investor untuk melakukan transaksi dengan cepat dan mudah.
Di sisi lain, pasar uang syariah masih dalam tahap perkembangan. Meskipun produk-produk syariah semakin bervariasi, likuiditasnya belum sebanding dengan pasar uang umum.
Keterbatasan instrumen yang sesuai dengan prinsip syariah dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang produk-produk ini menjadi tantangan tersendiri.
Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pasar uang syariah dapat memberikan imbal hasil yang kompetitif dibandingkan dengan pasar uang umum, terutama dalam jangka panjang.
Penelitian oleh Ahmed (2019) menunjukkan bahwa instrumen syariah seperti sukuk dapat memberikan keuntungan yang menarik tanpa melanggar prinsip syariah.
Pasar uang syariah lebih menekankan pada proyek yang memenuhi prinsip etika dan keberlanjutan, seperti energi terbarukan dan sektor yang tidak merugikan masyarakat. Hal ini menjadikan pasar uang syariah sebagai alat untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Menurut KPMG (2020), investasi syariah cenderung lebih bertanggung jawab secara sosial, yang berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Sebaliknya, pasar uang umum sering kali lebih fokus pada profitabilitas jangka pendek, terkadang mengabaikan dampak sosial dan lingkungan dari investasi yang dilakukan.
Banyak perusahaan dalam pasar uang umum terlibat dalam industri yang dapat merusak lingkungan, seperti eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Ini menciptakan tantangan bagi keberlanjutan jangka panjang perekonomian global.
Tantangan masih harus dihadapi. Salah satunya adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang prinsip-prinsip keuangan syariah. Edukasi dan sosialisasi yang lebih baik tentang manfaat investasi syariah dapat mendorong lebih banyak partisipasi dari masyarakat.
Menurut Zainuddin (2021), peningkatan literasi keuangan syariah dapat meningkatkan kepercayaan investor dan partisipasi di pasar syariah.
Di sisi lain, pasar uang umum perlu beradaptasi dengan tuntutan keberlanjutan. Banyak investor kini semakin tertarik pada investasi yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.
Oleh karena itu, pasar uang umum harus mempertimbangkan faktor-faktor ESG (Environmental, Social, and Governance) dalam pengambilan keputusan investasi mereka.
Secara keseluruhan, baik pasar uang syariah maupun pasar uang umum memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pasar uang syariah menawarkan pendekatan yang lebih etis dan berkelanjutan, sementara pasar uang umum memberikan efisiensi yang lebih tinggi dalam alokasi sumber daya.
Untuk menciptakan sistem keuangan yang lebih berkelanjutan, keduanya perlu saling melengkapi dan beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keberlanjutan, pasar uang syariah berpotensi tumbuh menjadi alternatif yang lebih menarik dalam dunia investasi.(*)
Penulis: Muhammad Fadhil, Mahasiswa Sementara 3 Jurusan Ekonomi Syariah Institut Agama Islam Tazkia.